Dikisahkan suatu hari ada
seorang lelaki muda yang terlahir dikeluarga biasa-biasa saja dia bernama
zubair tapi sering dipanggil ajub, ayah dan ibunya bekerja keras untuk menghidupkan
5 anaknya dari sawah. Selain bekerja disawah orang tuanya memelihara ayam
sebagai ternak. Jika ingin membeli beras orang tuanya menyuruh anaknya
untuk menukarkan telur ayam dengan beras. Walaupun mereka memiliki ayam
tetapi mereka jarang makan ayam, mereka makan seadaanya dan ajubpun tidak
pernah mengeluh dengan keadaan tersebut.
Kakak dan adiknya tidak ada yang bisa betahan bersekolah,
karena mereka malu jika sekolah mereka selalu nunggak bahkan sampai gak punya
seragam. Sedangkan ajub masih tetap bertahan walaupun dia merasa malu bahkan
sampai dibilang gak tau malu karena saking inginnya bersekolah. Dia sering
dihukum dan dirotan oleh kakak kelasnya, bukan karena dia nakal atau melanggar
hukum tetapi karena dia tidak memakai atribut lengkap, tapi hukuman itu dia
terima dengan lapang dada. Setiap ada razia atribut pasti dia dapat hukuman.
Selain tidak memiliki atribut lengkap ajub juga tidak punya buku pelajaran.
Setiap istirahat ajub tidak pergi jajan seperti anak yang lainnya karena tidak
punya uang untuk jajan, waktu luangnya itu dia manfaatkan untuk mengerjakan PR
dengan meminjam buku temannya diam-diam, karena jika dia minta izin, dia tidak
akan diberiizin. Apabila dia merasa haus, dia pergi kemasjid untuk minum
melalui air keran.
Setiap pulang sekolah dia bukan beristirahat tetapi dia harus
bantu orang tuanya disawah, teman-temannya sedang bermain, sedangkan ajub
berpanas-panasan membantu orang tuanya disawah. Ingin rasanya dia bermain
seperti teman-temanya tapi dia tidak diberi izin untuk itu. Dia keluar rumah
hanya diwaktu sekolah, pengajian dan kesawah. Malampun tiba, sebelum dia tidur
dia sempatkan untuk membaca buku untuk esok hari, dia gunakan lilin sebagai
penerangnya.
Suatu ketika ajub mendapat tawaran untuk meneruskan sekolah
keluar negeri, didalam hatinya ingin sekali bisa mengambilnya tetapi dia
mikir-mikir lagi, dia pasti butuh biaya yang besar jika pergi kesana. Padahal
orang tuanya merelakan sawahnya untuk membayar ajub jika jadi pergi keluar
negeri, tapi ajub tidak menerima tawaran itu dia kasih ketemannya yang mampu.
Dia meneruskan pengabdiannya disekolahnya dulu sebagai guru. Selain kehidupannya
serba susah, kisah percintaanyapun demikian, banyak rintangan yang dia hadapi
untuk mendapati seorang gadis yang kaya yg sering dipanggil Ais. Ada pro dan
kontra saat dia ingin menikahi gadis itu. Tapi dengan keteguhan hati,
kesabaran, dan tawakal keduanya akhirnya allah menjawab semuanya. Dia dan gadis
yang dia cintai itu menikah, walaupun disamping kiri, kanan, depan, belakang
banyak yang tidak menyangka kalau sigadis kaya ini menikah dengan orang yang
biasa-biasa saja. Mereka tutup telinga dan terus melangkah menerusuri kerasnya
hidup.
Hidup baru pun dimulai, awalnya mereka tinggal dirumah ajub,
tetapi mereka tidak mau berlama-lama tinggal dirumah orang tuanya, merekapun
mencari kontrakan dan akhirnya kontrakanpun didapat. Kehidupannya belum membaik karena
ajub hanya seorang guru yang gajinya pas-pasan. Sampai-sampai mereka makan mie instan 1 berdua. Untuk
menambahkan gajinya dia mencari kerja tambahan seperti mengajarkan ngaji,
sedangkan ais mengajar privat. Ais akhirnya hamil anak pertama, anak pertama
ternyata memberikan keberkahan. Kehidupannya lumayan membaik.
Ajub selalu bekerja keras membanting tulang untuk
menghidupkan anak-anaknya dan ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa dia
bisa sukses. Dan Allah menjawab doa-doanya, ajub bisa buat rumah yang lumayan
luas dengan uangnya walaupun belum jadi 100%. Tapi Sedikit demi sedikit dia
perbaharui rumahnya jika ada uang sampai layak untuk ditempati seperti
sekarang, lulus sarjana S1, dia juga dipercayakan sebagai kepala sekolah
disalah satu sekolah swasta, sebagai wakil kepala sekolah ditempat dimana dia
dulu menuntut ilmu, dan sebagai da’i. Sekarang dia sudah memiliki 3 anak
perempuan yang bersekolah semua, dia ingin anaknya bisa bersekolah sampai tinggi,
dia mau anak-anaknya bisa lebih dari dia. Anak-anaknya selalu diberikan
nasihat-nasihat untuk selalu bekerja keras dan pantang menyerah, sesekali dia
menceritakan kisahnya yang sangat memprihatinkan. Agar anaknya bisa lebih baik
dan maju. Dan aku bangga memiliki ayah seperti beliau.